Kemenag Jalin Kerja Sama Pelatihan Literasi Zakat dengan LAZISNU

By Admin


nusakini.com, Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Kementerian Agama menjajaki kerja sama pelatihan literasi zakat berkelanjutan dengan Lembaga Amil Zakat, Infak dan Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) PBNU. Rencana kerja sama ini dibahas bersama dalam pertemua dua pihak di Gedung LAZISNU Pusat, Jakarta, Rabu (26/6/2024),

Kepala Pusdiklat Teknis Mastuki menyatakan inisiasi kerja sama ini dilatarbelakangi minimnya pelatihan bidang keagamaan secara berkelanjutan. "Pelatihan bidang keagamaan di Kemenag itu masih minim, bahkan relatif terabaikan. Termasuk soal zakat, wakaf, kemasjidan atau rumah ibadah, dan perkawinan. Padahal core business Kemenag itu soal keagamaan. Tapi layanan pelatihannya belum digarap serius", ungkap Mastuki.

Mastuki mengakui minimnya pelatihan bidang keagamaan itu karena banyak faktor. Jenis pelatihannya sedikit, aksesnya tak menjangkau, anggarannya kecil, dan jumlah tenaga pelatih (widyaiswara) juga sedikit. Dibandingkan dengan pelatih bidang pendidikan, widyaiswara keagamaan hanya 52 orang dari total 378 widyaiswara seluruh Indonesia (atau 14,4%).

"Sudah jumlahnya sedikit, kompetensi widyaiswara di bidang zakat juga mesti di-upgrade. Karena isu zakat sangat dinamis dan kompleks, sementara kurikulum pelatihan zakat di Pusdiklat dan Balai Diklat Kegamaan (BDK) ketinggalan zaman alias out of date", tegasnya.

Skema pelatihan berkelanjutan yang digagas Pusdiklat Kemenag mempertimbangkan pelibatan sebanyak mungkin masyarakat dan umat beragama. Lembaga atau Ormas keagamaan yang memiliki jamaah besar seperti NU potensial untuk menggerakkan zakat, wakaf dan layanan keagamaan lainnya. Kemitraan dengan Ormas keagamaan sudah menjadi pola yang khas di Kemenag.

"LAZISNU-PBNU satu diantara lembaga amil zakat (LAZ) nasional. Jaringannya tersebar di seluruh Indonesia. Jumlah amil-nya banyak, 434 orang. Informasi yang saya peroleh relawan zakat LAZISNU potensinya mencapai 10juta orang. Itu belum jejaring kelembagaan seperti pesantren, madrasah, perguruan tinggi dan lainnya", imbuhnya.

Pusdiklat menawarkan skema pelatihan zakat pada dua aras. Pertama, literasi dan edukasi zakat bagi masyarakat luas, terutama sasaran jemaah nahdliyin. Kedua, kebutuhan bidang khusus untuk menunjang manajemen zakat di LAZ sendiri. Seperti digital fundrising, customer relation management (CRM), marketing, atau kebutuhan pengumpulan dan distribusi zakat ke mustahiq.

"Kami menawarkan skema pelatihan yang efisien melalui platform MOOC Pintar yang berbasis full online atau blended learning. Kami ingin mencetak penggerak zakat di seluruh Indonesia dengan literasi yang baik. Tapi kami tidak memiliki resources dan konten yang cocok dengan kebutuhan. Karenanya kami mengajak LAZISNU untuk bersama merancang pelatihan yang spesifik dan menjangkau sasaran yang luas", urainya.

"Sebelumnya kami sudah silaturahim ke pengurus BAZNAS Pusat, Direktorat Zakat dan Wakaf Kemenag, dan akan berkunjung ke lembaga zakat lainnya. Kita akan kolaborasi dan membangun kemitraan strategis (strategic partnership) para pemangku kepentingan zakat", pungkasnya.

Hadir dalam pertemuan itu ketua tim kerja Pusdiklat Syukrillah, Sekretaris LAZISNU Moesafa, dan anggota LAZISNU Ending Syarifudin.